Senin, 20 Juni 2016

Humanistik



1.    Sejarah Aliran Humanistik

Abraham Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi  behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri –  ciri eksistensinya. Teori humanistik berkembang sekitar tahun 1950-an. Humanistik adalah salah satu aliran dalam ilmu psikologi sebagai reaksi terhadap aliran behaviaorisme dan psikoanalis. Pada aliran humanistik ini memberikan perhatian mengenai aspek psikologi pada manusia.  psikologi humanistik memberikan satu nilai baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Humanistik ini memandang manusia bukan sebagai mesin, yang  bilamana diberikan perlakuan sama maka akan muncul perilaku yang sama, manusia dalam  pandangan humanistik bukanlah seperti itu, manusia mempunyai ciri khas tersendiri, manusia mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Para ahli psikologi hmanistik mempunyai perhatian terhadap isu-isu penting tentang eksistensi manusia, seperi; cinta, kreativitas, kesendirian, dan perkembangan diri. Mereka tidak meyakini bahwa manusia dapat mempelajari sesuatu tentang kondisi manusia melaluipenelitian terhadap binatang. Para ahli humanistik memiliki pandanan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Mereka meyakini bahwa:
1. Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri.
2. Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang di atur sepenuhnya oleh lingkungan; dan manusia
3.Manusia adalah mahlukrasional dan sabar, tidak di kuasai oleh ketidak sadaran, kebutuhan irasional, dan konflik.

2. Sejarah Psikologi Perkembangan Humanistik

Psikologi humanistik berkembang dari fenomenologi. Psikologi ini muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta di pandang sebagai “kekuatan ketiga” dalam aliran psikologi. Psikoanalisis di anggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala freud yang berusaha memahami kedalaman  psikis manusia yang di kombinasikan dengan kesadran fikiran untuk menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompo psikoanalisis berkeyakinan bahwa perilaku manusia di kendalikan dan di atur oleh kekuatan tidak sadar dalam diri.
Kekuatan psikologi kedua adalah behaviorisme yang di pelopori oleh ivan pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondiskan. Kalangan behavioristik meyakini bahwa semua prilaku d kendalian oleh faktor-faktor eksternal dari dalam diri.
Dalam mengembangkan teorinya, pskologi humanistik sangat memerhatikan dimensi manusia dalam hubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitikberatkan  pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tangng jawab personal, otonomi, tujuan, dan pemaknaan. James Bugental ( 1964 ) mengemukakan lima dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu:
1.      Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen.
2.      Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya.
3.      Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain.
4.      Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertangung jawab atas pilihan-pilihannya.
5.      Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai, kreativitas.
Beberapa ahli psikologi telah memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan  psikologi humanistik. Salah satuna adalah Snyggs dan Combs ( 1949). Dari kelompok fenomenologi yang mengkaji persepsi. Abraham maslow (1950), yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentan potensi-potensi yang di miliki manusia, telah membantu memahami motivasi dan aktualisasi diri seseorang yang merupakan salah satu tujuan dalam  pendidikan humanistik. Ahli lainnya, Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan proses berfikirnya sendiri kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Adapun Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk di aplikasikan dalam pendidikan.

3. Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik

1. Abraham Maslow
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa tingkah laku individu pada mulanya di tentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya dan individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang di katakan oleh ahli teori tingkah laku melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, di motivasi oleh keinginan unuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1.       Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2.       Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengatakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan dari pada penyakit dan masalah. Teori yang terkenal dari Maslow yng merupakan salah satu tokoh humanistik adalah teori tentang hirarki kebutuhan.
Maslow berpendapat bahwa ada hirarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yatu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan kebutuhan yang  paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yan lebih tinggi lagi, pretasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization.
2.       Viktor Frankl
Teori Viktor Frankl ini muncul ketika dia sedang dalam camp nazi, yang merupakan tempat semua orang-orang yahudi dihukum. Pada saat itu bangsa Jerman ingin memusnahkan  bangsa Yahudi. Banyak hal-hal yang didapatkannya dari camp tersebut, namun pada intinya, teori Frankl ini menekankan pada pemaknaan hidup.
Pada saat dipenjara tersebut, Frankl mulai belajar tentang kehidupan, dan dia tidak mau untuk terjebak dalam ketidakbebasannya dalam pemenuhan perilakunya ketika di camp tersebut. Menurut Frankl pada diri manusia itu terdapat suatu kebebasan dalam menentukan apa yang harus dilakukannya, dan perilaku yang dilakukan oleh manusia saat ini bukanlah merupakan hasil dari pengalaman masa lalunya. Lagi, menurutnya manusia memiliki kebutuhan terhadap keinginan tentang makna dari sesuatu yang telah dilakukannya, pada diri manusia pasti terdapat keinginan seperti hal tersebut dalam dirinya.
Makna hidup, menurut Frankl akan menuntun individu untuk memiliki apa tujuan hidupnya, serta memunculkan usaha untuk mencapai tujuan hidup tersebut. Dalam setiap  perilaku yang dilakukan oleh individu pasti ada makna hidup yang terkandung didalamnya, namun tergantung dari individu tersebut apakah dapat menemukannya atau tidak. Jika individu dapat menemukannya, menurut Frankl akan terdapat kebahagiaan yang dimilikinya (happiness).
Manusia dapat menemukan makna hidupnya melalui transcendensi diri, ada beberapa sumber makna hidup yaitu nilai kreatif, nilai pengalaman, dan nilai sikap. Frankl berpendapat  bahwa eksistensi manusia terdiri akan 3 hal, yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung  jawab.
3.      Erich Fromm
Teorinya ini sangat dipengaruhi oleh Freud dan juga Karl Marx. Dia mencoba untuk menggabungkan dua teori tersebut, yaitu tentang bagaimana manusia mencari kebebasan diri. Teorinya ini juga berdasarkan pada individu yang terisolasi dari lingkungan sekitar, hal ini tak lain juga karena pengaruh dari pengalaman hidupnya. Fromm juga mengatakan tentang manusia sebagai binatang dan manusia sebagai manusia semestinya, dalam arti manusia sebagai binatang adalah manusia memiliki kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan makan, minum, seks, dll. Manusia sebagai manusia tak lain memiliki pengertian  bahwa manusia memiliki kesadaran diri, pikiran yang dapat membuat manusia mengetahui  bagaimana cara berperilaku yang tepat.
Fromm juga mandasari teorinya berdasarkan filsafat dualistik. Menurutnya eksistensi manusia ini terjadi antara pertentangan dari satu hal terhadap hal lainnya. Dari pertentangan tersebut Fromm menyebutnya sebagai dilema eksistensi dan membaginya menjadi 4 dualisme eksistensi manusia yaitu, manusia sebagai binatang dan manusia sebagai manusia, hidup dan mati, sempurna dan ketidaksempurnaan, serta kesendirian dan kebersamaan. Dari 4 hal tersebut merupakan konflik yang tak pernah terselesaikan pada diri manusia, dan manusia itu sendiri harus berusaha untuk menjembatani antara dualisme tersebut.
Fromm tahu bahwa manusia merupakan makhluk yang mandiri, dan kehidupannya dijalani dengan dirinya sendiri, namun manusia juga tidak dapat terlepas dari kesendirian itu mengingat manusia merupakan makhluk sosial. Meskipun manusia merupakan makhluk yang mandiri dan sendiri manusia juga membutuhkan rasa keterikatan antara satu individu dengan individu lainnya, selain itu manusia juga butuh akan kebebasan.
Fromm membagi kebutuhan manusia menjadi dua hal yaitu kebutuhan akan kebebasan serta keterikatan dan kebutuhan akan memahami serta berkreativitas. Kebutuhan kebebasan dan keterikatan antara lain, relatedness, rootedness, transcendency, unity, dan identity.Kebutuhan mmemahami dan kreativitas meliputi Frame of orientation, Frame of devotion, Excitation –  stimulation, Effectivity. Fromm juga mengatakan tentang mekanisme manusia dalam melarikan diri dari kebebasan yang ada pada dirinya. Kebebasan menurut Fromm dapat menimbulkan keterasingan terhadap individu yang bersangkutan, karena dengan kebebasan tersebut manusia akan merasakan ketidakberdayaannya akan kebebasan itu sendiri.
Pada intinya semua tokoh yang ada pada aliran humanistik ini lebih menekankan pada  bagaimana seseorang meng-aktualisasi-kan dirinya dengan potensi yang telah ada serta tertanam pada individu tersebut.

4.      Terapi-terapi Humanistik

a.       Client Center Therapy
Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific. Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.
  • Terapi Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis;
  • Pada hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus dari terapi Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut duni subjektif dan fenomenalnya;
b.      Eksistensial
Terapi  eksistensial  humanistik  adalahterapi  yang  sesuai  dalam  memberikan  bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. 
Menurut  kartini  kartono  dalam  kamus  psikologinya  mengatakan  bahwa  terapi  eksistensial  humanistik  adalah  salah  satu  psikoterapi  yang  menekankan  pengalaman  subyektif    individual  kemauan  bebas,  serta  kemampuan  yang  ada  untuk  menentukan  satu arah baru dalam hidup.
Terapi   eksistensial   tidak   terikat   pada salah   seorang   pelopor,   akan   tetapi eksistensial  memiliki  banyak  pengembang,  tetapi  yang  populer  adalah  Victor  Frankl,  Rollo   May,   irvin   Yalom,   James   Bugental,   dan   Medard   Boss.   Eksistensialisme   bersama-sama  dengan  psikologi  humanistik,  muncul  untuk  merespon  dehumanisasi  yang   timbul   sebagai   efek   samping   dari   perkembangan   industri   dan   urbanisasi   masyarakat.    Pada    waktu    itu    banyak    orang    membutuhkan    kekuatan    untuk    mengembalikan sense  of  humannesdisamping  untuk  memecahkan  masalah-masalah  yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup, khususnya yang berkaitan dengan upaya menghadapi kehancuran, isolasi, dan kematian.
Tujuan mendasar eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai,   makna,   dan   tujuan   dalam   hidup   manusia   sendiri.   Juga   diarahkan   untuk   membantu  klien  agar  menjadi  lebih  sadar  bahwa  mereka  memiliki  kebebasan  untuk  memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya  dapat  mengaktualisasikan  diri  dan  mencapai  kehidupan  yang bermakna.
c.       Logotherapy
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.
Tujuan logoterapi menyangkut beberapa hal. Terapis pertama-tama harus memperlebar dan meperluas medan visual dari pasien sehingga seluruh spectrum makna dan nilai-nilai disadari dan kelihatan olehnya. Dengan demikian, usaha pasien untuk berpusat pada dirinya sendiri dipecahkan karena ia dikonfrontasikan dengan dan diarahkan kepada makna hidupnya. Pemenuhan diri sendiri hanya bisa tercapai sejauh manusia telah memenuhi makna konkret dari eberadaan pribadinya Terdapat 4 langkah dalam proses logoterapi antara lain :
1. Menghadapi situasi itu
2. Kesadaran akan simtom
3. Mencari penyebab
4. Menemukan hubungan antara penybab dan simtom
d. Gestalt
Pendekatan konseling Gestalt  berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu, (3) aktor bukan reaktor, (4) berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, (5) dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan Konseling Gestalt memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang. Dalam pendekatan Konseling Gestalt ini, kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya. Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya. Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
  1. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
  2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
  3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
  4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

5.      Kelebihan dan kekurangan Teori Humanistik
A.    Kelebihan Teori Humanistik
1.Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
2.    Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
3.    Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
B. Kekurangan Teori Humanistik
                  1.    Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
2.   Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang l /mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3.    Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

6.      Contoh Kasus

Sepasang suami istri menginjak usia tahun ke-10 dalam rumah tangga. Sang istri dan suami (sebut ibu B dan bapak G) sedang mengalami konflik dan sempat terucap kata cerai dari bapak G. Masalah yang terjadi dalam keluarga ini dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi. Pertengkaran ini bermula dari keinginan sang istri yang ditolak suami karena perbedaan pendapat. Masalah tersebut kian rumit karena adda campur tangan dari orang tua sang istri, dimana ibu mertua tidak menyukai menantunya karena anaknya menikah karena insiden(married by accident).Akhirnya ada usaha bapak G untuk kembali rujuk dengan istrinya pun berhasil. Kasus ini kelihatannya selesai dengan damai, namun masalah yang sebenarnya adalah ketidakharmonisan antara menantu dan mertua yang hidup dalam satu atap. Setelah ditelusuri, kasus ini tidak hanya anatar suami dan istri melainkan dengan mertuanya hal ini disebabkan karena mereka masih tinggal dalam satu atap. Ada keinginan suami untuk tinggal berpisah dengan mertuanya, namun karena sang istri adalah anak kesayangan ibu mertua, rencana itupun selalu gagal.
Penyelesaian
            Pada kasus tersebut dapat memakai teknik konseling humanistik dengan terapi client center therapy (CCT) . Pendekatan  client  centered  ini  menaruh  kepercayaan  yang  besar  pada  kesanggupan  klien  untuk  mengikuti  jalan  terapi  dan  menemukan  arahnya  sendiri.  Menurut  Rogers  yang  dikutip  oleh  Gerald  Corey  menyebutkan  bahwa:’  terapi  client  centered  merupakan  tekhnik  konseling  dimana  yang  paling  berperan  adalah  klien  sendiri,  klien  dibiarkan  untuk  menemukan  solusi  mereka  sendiri  terhadap  masalah  yang  tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai  partner    dan  konselor  hanya  sebagai  pendorong  dan  pencipta  situasi  yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.
G sebenarnya sadar bahwa dia ingin keluar dari rumah mertuanya dengan kata lain ingin mengontrak dengan istri dan anaknya karena dia menganggap bahwa dengan hidup pisah dari orangtua istrinya kehidupan mereka akan jauh lebih baik setidaknya jika ada masalah dalam rumah tangga mereka tidak akan ada lagi yang ikut campur dan membuat permasalahan mereka semakin panjang. Dalam sisi lain G juga memikirkan perasaan ibu dari istrinya yang tidak bisa jauh dari puteri kesayangannya, tetapi setelah dia berfikir ulang demi kehidupan rumah tangga mereka agar terjalin harmonis G memutuskan untuk pindah rumah saja dari rumah mertuanya karena dia percaya itu adalah keputusan yang terbaik untuk keluarga kecilnya.