Senin, 20 Juni 2016

Humanistik



1.    Sejarah Aliran Humanistik

Abraham Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi  behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri –  ciri eksistensinya. Teori humanistik berkembang sekitar tahun 1950-an. Humanistik adalah salah satu aliran dalam ilmu psikologi sebagai reaksi terhadap aliran behaviaorisme dan psikoanalis. Pada aliran humanistik ini memberikan perhatian mengenai aspek psikologi pada manusia.  psikologi humanistik memberikan satu nilai baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Humanistik ini memandang manusia bukan sebagai mesin, yang  bilamana diberikan perlakuan sama maka akan muncul perilaku yang sama, manusia dalam  pandangan humanistik bukanlah seperti itu, manusia mempunyai ciri khas tersendiri, manusia mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Para ahli psikologi hmanistik mempunyai perhatian terhadap isu-isu penting tentang eksistensi manusia, seperi; cinta, kreativitas, kesendirian, dan perkembangan diri. Mereka tidak meyakini bahwa manusia dapat mempelajari sesuatu tentang kondisi manusia melaluipenelitian terhadap binatang. Para ahli humanistik memiliki pandanan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Mereka meyakini bahwa:
1. Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri.
2. Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang di atur sepenuhnya oleh lingkungan; dan manusia
3.Manusia adalah mahlukrasional dan sabar, tidak di kuasai oleh ketidak sadaran, kebutuhan irasional, dan konflik.

2. Sejarah Psikologi Perkembangan Humanistik

Psikologi humanistik berkembang dari fenomenologi. Psikologi ini muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta di pandang sebagai “kekuatan ketiga” dalam aliran psikologi. Psikoanalisis di anggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala freud yang berusaha memahami kedalaman  psikis manusia yang di kombinasikan dengan kesadran fikiran untuk menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompo psikoanalisis berkeyakinan bahwa perilaku manusia di kendalikan dan di atur oleh kekuatan tidak sadar dalam diri.
Kekuatan psikologi kedua adalah behaviorisme yang di pelopori oleh ivan pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondiskan. Kalangan behavioristik meyakini bahwa semua prilaku d kendalian oleh faktor-faktor eksternal dari dalam diri.
Dalam mengembangkan teorinya, pskologi humanistik sangat memerhatikan dimensi manusia dalam hubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitikberatkan  pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tangng jawab personal, otonomi, tujuan, dan pemaknaan. James Bugental ( 1964 ) mengemukakan lima dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu:
1.      Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen.
2.      Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya.
3.      Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain.
4.      Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertangung jawab atas pilihan-pilihannya.
5.      Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai, kreativitas.
Beberapa ahli psikologi telah memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan  psikologi humanistik. Salah satuna adalah Snyggs dan Combs ( 1949). Dari kelompok fenomenologi yang mengkaji persepsi. Abraham maslow (1950), yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentan potensi-potensi yang di miliki manusia, telah membantu memahami motivasi dan aktualisasi diri seseorang yang merupakan salah satu tujuan dalam  pendidikan humanistik. Ahli lainnya, Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan proses berfikirnya sendiri kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Adapun Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk di aplikasikan dalam pendidikan.

3. Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik

1. Abraham Maslow
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa tingkah laku individu pada mulanya di tentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya dan individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang di katakan oleh ahli teori tingkah laku melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, di motivasi oleh keinginan unuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1.       Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2.       Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengatakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan dari pada penyakit dan masalah. Teori yang terkenal dari Maslow yng merupakan salah satu tokoh humanistik adalah teori tentang hirarki kebutuhan.
Maslow berpendapat bahwa ada hirarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yatu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan kebutuhan yang  paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yan lebih tinggi lagi, pretasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization.
2.       Viktor Frankl
Teori Viktor Frankl ini muncul ketika dia sedang dalam camp nazi, yang merupakan tempat semua orang-orang yahudi dihukum. Pada saat itu bangsa Jerman ingin memusnahkan  bangsa Yahudi. Banyak hal-hal yang didapatkannya dari camp tersebut, namun pada intinya, teori Frankl ini menekankan pada pemaknaan hidup.
Pada saat dipenjara tersebut, Frankl mulai belajar tentang kehidupan, dan dia tidak mau untuk terjebak dalam ketidakbebasannya dalam pemenuhan perilakunya ketika di camp tersebut. Menurut Frankl pada diri manusia itu terdapat suatu kebebasan dalam menentukan apa yang harus dilakukannya, dan perilaku yang dilakukan oleh manusia saat ini bukanlah merupakan hasil dari pengalaman masa lalunya. Lagi, menurutnya manusia memiliki kebutuhan terhadap keinginan tentang makna dari sesuatu yang telah dilakukannya, pada diri manusia pasti terdapat keinginan seperti hal tersebut dalam dirinya.
Makna hidup, menurut Frankl akan menuntun individu untuk memiliki apa tujuan hidupnya, serta memunculkan usaha untuk mencapai tujuan hidup tersebut. Dalam setiap  perilaku yang dilakukan oleh individu pasti ada makna hidup yang terkandung didalamnya, namun tergantung dari individu tersebut apakah dapat menemukannya atau tidak. Jika individu dapat menemukannya, menurut Frankl akan terdapat kebahagiaan yang dimilikinya (happiness).
Manusia dapat menemukan makna hidupnya melalui transcendensi diri, ada beberapa sumber makna hidup yaitu nilai kreatif, nilai pengalaman, dan nilai sikap. Frankl berpendapat  bahwa eksistensi manusia terdiri akan 3 hal, yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung  jawab.
3.      Erich Fromm
Teorinya ini sangat dipengaruhi oleh Freud dan juga Karl Marx. Dia mencoba untuk menggabungkan dua teori tersebut, yaitu tentang bagaimana manusia mencari kebebasan diri. Teorinya ini juga berdasarkan pada individu yang terisolasi dari lingkungan sekitar, hal ini tak lain juga karena pengaruh dari pengalaman hidupnya. Fromm juga mengatakan tentang manusia sebagai binatang dan manusia sebagai manusia semestinya, dalam arti manusia sebagai binatang adalah manusia memiliki kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan makan, minum, seks, dll. Manusia sebagai manusia tak lain memiliki pengertian  bahwa manusia memiliki kesadaran diri, pikiran yang dapat membuat manusia mengetahui  bagaimana cara berperilaku yang tepat.
Fromm juga mandasari teorinya berdasarkan filsafat dualistik. Menurutnya eksistensi manusia ini terjadi antara pertentangan dari satu hal terhadap hal lainnya. Dari pertentangan tersebut Fromm menyebutnya sebagai dilema eksistensi dan membaginya menjadi 4 dualisme eksistensi manusia yaitu, manusia sebagai binatang dan manusia sebagai manusia, hidup dan mati, sempurna dan ketidaksempurnaan, serta kesendirian dan kebersamaan. Dari 4 hal tersebut merupakan konflik yang tak pernah terselesaikan pada diri manusia, dan manusia itu sendiri harus berusaha untuk menjembatani antara dualisme tersebut.
Fromm tahu bahwa manusia merupakan makhluk yang mandiri, dan kehidupannya dijalani dengan dirinya sendiri, namun manusia juga tidak dapat terlepas dari kesendirian itu mengingat manusia merupakan makhluk sosial. Meskipun manusia merupakan makhluk yang mandiri dan sendiri manusia juga membutuhkan rasa keterikatan antara satu individu dengan individu lainnya, selain itu manusia juga butuh akan kebebasan.
Fromm membagi kebutuhan manusia menjadi dua hal yaitu kebutuhan akan kebebasan serta keterikatan dan kebutuhan akan memahami serta berkreativitas. Kebutuhan kebebasan dan keterikatan antara lain, relatedness, rootedness, transcendency, unity, dan identity.Kebutuhan mmemahami dan kreativitas meliputi Frame of orientation, Frame of devotion, Excitation –  stimulation, Effectivity. Fromm juga mengatakan tentang mekanisme manusia dalam melarikan diri dari kebebasan yang ada pada dirinya. Kebebasan menurut Fromm dapat menimbulkan keterasingan terhadap individu yang bersangkutan, karena dengan kebebasan tersebut manusia akan merasakan ketidakberdayaannya akan kebebasan itu sendiri.
Pada intinya semua tokoh yang ada pada aliran humanistik ini lebih menekankan pada  bagaimana seseorang meng-aktualisasi-kan dirinya dengan potensi yang telah ada serta tertanam pada individu tersebut.

4.      Terapi-terapi Humanistik

a.       Client Center Therapy
Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific. Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.
  • Terapi Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis;
  • Pada hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus dari terapi Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut duni subjektif dan fenomenalnya;
b.      Eksistensial
Terapi  eksistensial  humanistik  adalahterapi  yang  sesuai  dalam  memberikan  bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. 
Menurut  kartini  kartono  dalam  kamus  psikologinya  mengatakan  bahwa  terapi  eksistensial  humanistik  adalah  salah  satu  psikoterapi  yang  menekankan  pengalaman  subyektif    individual  kemauan  bebas,  serta  kemampuan  yang  ada  untuk  menentukan  satu arah baru dalam hidup.
Terapi   eksistensial   tidak   terikat   pada salah   seorang   pelopor,   akan   tetapi eksistensial  memiliki  banyak  pengembang,  tetapi  yang  populer  adalah  Victor  Frankl,  Rollo   May,   irvin   Yalom,   James   Bugental,   dan   Medard   Boss.   Eksistensialisme   bersama-sama  dengan  psikologi  humanistik,  muncul  untuk  merespon  dehumanisasi  yang   timbul   sebagai   efek   samping   dari   perkembangan   industri   dan   urbanisasi   masyarakat.    Pada    waktu    itu    banyak    orang    membutuhkan    kekuatan    untuk    mengembalikan sense  of  humannesdisamping  untuk  memecahkan  masalah-masalah  yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup, khususnya yang berkaitan dengan upaya menghadapi kehancuran, isolasi, dan kematian.
Tujuan mendasar eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai,   makna,   dan   tujuan   dalam   hidup   manusia   sendiri.   Juga   diarahkan   untuk   membantu  klien  agar  menjadi  lebih  sadar  bahwa  mereka  memiliki  kebebasan  untuk  memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya  dapat  mengaktualisasikan  diri  dan  mencapai  kehidupan  yang bermakna.
c.       Logotherapy
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.
Tujuan logoterapi menyangkut beberapa hal. Terapis pertama-tama harus memperlebar dan meperluas medan visual dari pasien sehingga seluruh spectrum makna dan nilai-nilai disadari dan kelihatan olehnya. Dengan demikian, usaha pasien untuk berpusat pada dirinya sendiri dipecahkan karena ia dikonfrontasikan dengan dan diarahkan kepada makna hidupnya. Pemenuhan diri sendiri hanya bisa tercapai sejauh manusia telah memenuhi makna konkret dari eberadaan pribadinya Terdapat 4 langkah dalam proses logoterapi antara lain :
1. Menghadapi situasi itu
2. Kesadaran akan simtom
3. Mencari penyebab
4. Menemukan hubungan antara penybab dan simtom
d. Gestalt
Pendekatan konseling Gestalt  berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu, (3) aktor bukan reaktor, (4) berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, (5) dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan Konseling Gestalt memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang. Dalam pendekatan Konseling Gestalt ini, kecemasan dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya. Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya. Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
  1. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
  2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
  3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
  4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

5.      Kelebihan dan kekurangan Teori Humanistik
A.    Kelebihan Teori Humanistik
1.Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
2.    Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
3.    Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
B. Kekurangan Teori Humanistik
                  1.    Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
2.   Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang l /mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3.    Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

6.      Contoh Kasus

Sepasang suami istri menginjak usia tahun ke-10 dalam rumah tangga. Sang istri dan suami (sebut ibu B dan bapak G) sedang mengalami konflik dan sempat terucap kata cerai dari bapak G. Masalah yang terjadi dalam keluarga ini dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi. Pertengkaran ini bermula dari keinginan sang istri yang ditolak suami karena perbedaan pendapat. Masalah tersebut kian rumit karena adda campur tangan dari orang tua sang istri, dimana ibu mertua tidak menyukai menantunya karena anaknya menikah karena insiden(married by accident).Akhirnya ada usaha bapak G untuk kembali rujuk dengan istrinya pun berhasil. Kasus ini kelihatannya selesai dengan damai, namun masalah yang sebenarnya adalah ketidakharmonisan antara menantu dan mertua yang hidup dalam satu atap. Setelah ditelusuri, kasus ini tidak hanya anatar suami dan istri melainkan dengan mertuanya hal ini disebabkan karena mereka masih tinggal dalam satu atap. Ada keinginan suami untuk tinggal berpisah dengan mertuanya, namun karena sang istri adalah anak kesayangan ibu mertua, rencana itupun selalu gagal.
Penyelesaian
            Pada kasus tersebut dapat memakai teknik konseling humanistik dengan terapi client center therapy (CCT) . Pendekatan  client  centered  ini  menaruh  kepercayaan  yang  besar  pada  kesanggupan  klien  untuk  mengikuti  jalan  terapi  dan  menemukan  arahnya  sendiri.  Menurut  Rogers  yang  dikutip  oleh  Gerald  Corey  menyebutkan  bahwa:’  terapi  client  centered  merupakan  tekhnik  konseling  dimana  yang  paling  berperan  adalah  klien  sendiri,  klien  dibiarkan  untuk  menemukan  solusi  mereka  sendiri  terhadap  masalah  yang  tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai  partner    dan  konselor  hanya  sebagai  pendorong  dan  pencipta  situasi  yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.
G sebenarnya sadar bahwa dia ingin keluar dari rumah mertuanya dengan kata lain ingin mengontrak dengan istri dan anaknya karena dia menganggap bahwa dengan hidup pisah dari orangtua istrinya kehidupan mereka akan jauh lebih baik setidaknya jika ada masalah dalam rumah tangga mereka tidak akan ada lagi yang ikut campur dan membuat permasalahan mereka semakin panjang. Dalam sisi lain G juga memikirkan perasaan ibu dari istrinya yang tidak bisa jauh dari puteri kesayangannya, tetapi setelah dia berfikir ulang demi kehidupan rumah tangga mereka agar terjalin harmonis G memutuskan untuk pindah rumah saja dari rumah mertuanya karena dia percaya itu adalah keputusan yang terbaik untuk keluarga kecilnya.












Minggu, 27 Maret 2016

Tugas Eksperimen

Tugas Rancangan Penelitian Eksperimen
Topik : Suhu tinggi menyebabkan perilaku agresi
Masalah : “Apakah suhu tinggi dapat menyebabkan perilaku agresi?”
Hipotesis Umum : Suhu tinggi dapat menyebabkan perilaku agresi
Hipotesis Eksplisit : Subjek yang merasakan suhu tinggi di ruangan  dapat menyebabkan perilaku agresi daripada subjek yang tidak merasakan suhu tinggi sehingga tidak menyebabkan perilaku agresi.
Ha : Subjek yang merasakan ruangan yang suhu tinggi akan lebih memperlihatkan perilaku agresif  secara signifikan daripada subjek yang tidak merasakan suhu ruangan yang tinggi
Ho : Subjek yang diberikan pengkondisian suhu ruangan yang tinggi tidak menunjukkan perilaku agresif dibandingkan subjek yang tidak diberikan pengkondisian suhu ruangan tinggi
Variabel
1. Variabel bebas : Ruangan suhu tinggi
a. Variasi : Konsentrasi belajar VS tidak fokus dalam belajar, yaitu mencakup dua kelompok. Kelompok pertama diberikan suhu tinggi dan kelompok kedua diberikan suhu yang normal.
b. Manipulasi : Dengan cara memberikan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan tingkat stres yang normal.
2. Variabel terikat : Perlaku Agresi
a. Jenis pengukuran : Dengan melihat perilaku yang nampak atau tidak
b. Cara Pengukuran : Pengukuran kuesioner agresivitas dengan menggunakan skala guttman yaitu hanya ada interval setuju dan tidak setuju. Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapat dibentuk dalam bentuk cheklist.
3. Variabel sekunder :
a. jenis kelamin : Jumlah laki-laki dan jumlah perempuan sama
b. Tingkat pendidikan : Pendidikan yang sama
c. Status sosial ekonomi : Secara acak memasukkan subjek ke dalam KE dan KK
d. Jenis pekerjaan : Diberikan jenis pekerjaan yang sama
4. Tipe dan Desain Penelitian :
Tipe penelitian :
Desain Penelitian :
5. Perencanaan penelitian
Subjek : Mahasiswa psikologi Universitas Gunadarma yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki. Jumlah subjek yang dibutuhkan 20 orang dengan jumlah perempuan dan laki-laki masing-masing 10 orang.
Peralatan :

Senin, 25 Januari 2016

Makalah Komunikasi Organisasi

Makalah
Psikologi Manajemen

Komunikasi Organisasi

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Psikologi Manajemen
Dosen : Rizki Intansari Nugraheni







Disusun Oleh :
Nama : Nenda Desima
NPM  : 16513381
Kelas : 3PA11




KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.












Depok, 25 Januari 2016

     Nenda Desima 


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar  Belakang
Pengertian komunikasi organisasi yang lebih sederhana dikemukakan Arnold & Feldman (1986: 154) bahwa komunikasi organisasi adalah pertukaran informasi diantara orang-orang di dalam organisasi, dimana prosesnya secara umum meliputi tahapan-tahapan: attention, comprehension, acceptance as true, dan retention. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu perilaku yang dilakukan di dalam organisasi untuk pertukaran informasi seperti pengiriman dan penerimaan pesan di antara orang-orang yang berada di dalam organisasi.
Komunikasi terjadi dalam hubungan antara pengirim dengan penerima. Komunikasi dapat mengalir dalam satu arah dan berakhir di sana. Atau sebuah pesan dapat menimbulkan respon (yang secara formal dikenal dengan sebutan “umpan balik”) dari penerima. Pengirim (sumber pesan) merupakan pihak yang mengawali komunikasi. Dalam sebuah organisasi, pengirim dapat berupa seseorang dengan informasi, kebutuhan, atau keinginan dan dengan tujuan mengkomunikasikannya kepada satu atau beberapa orang lain.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dari komunikasi organisasi?
2. Apaa saja aspek dari komunikasi organisasi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi organisasi?
4. Apa saja tipe-tipe dari komunikasi organisasi?
5. Bagaimana proses dari komunikasi?
6. Apa saja hambatan yang mungkin muncul di dalam komunikasi organisasi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari komunikasi organisasi beserta aspek-aspek, faktor yang mempengaruhi, tipe-tipe, proses komunikasi dan hambatan apa saja yang mungkin muncul di dalam komunikasi organisai.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini untuk mengetahui pengertian dari komunikasi organisasi beserta aspek-aspek, faktor yang mempengaruhi, tipe-tipe, proses komunikasi dan hambatan apa saja yang mungkin muncul di dalam komunikasi organisai.

      BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
                        Pace & Faules, (2001: 31-33) menjelaskan bahwa komunikasi organisasi merupakan perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi.
                        Pengertian komunikasi organisasi yang lebih sederhana dikemukakan Arnold & Feldman (1986: 154) bahwa komunikasi organisasi adalah pertukaran informasi diantara orang-orang di dalam organisasi, dimana prosesnya secara umum meliputi tahapan-tahapan: attention, comprehension, acceptance as true, dan retention. 
Wiryanto juga mengungkapakan bahwa Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu perilaku yang dilakukan di dalam organisasi untuk pertukaran informasi seperti pengiriman dan penerimaan pesan di antara orang-orang yang berada di dalam organisasi.

            2.2 Aspek-aspek Komunikasi Organisasi
Pace dan Faules (2002:553) mengatakan komunikasi organisasi meliputi aspek-aspek, yaitu:
Pertama, Peristiwa komunikasi, berkaitan dengan seberapa jauh informasi diciptakan, ditampilkan, dan disebarkan ke seluruh bagian dalam organisasi. Dalam konteks komunikasi organisasi mengolah dan memproses informasi tersebut menurut Pace dan Faules (2002:553) ada lima faktor penting yang harus diperhatikan agar organisasi berjalan efektif. Ke lima faktor tersebut, yaitu (1) kualitas media informasi, (2) aksesibilitas informasi, (3) penyebaran informasi, (4) beban informasi, dan (5) ketepatan informasi.
1)    Kualitas media informasi
Kualitas media informasi berkaitan dengan penerbitan, petunjuk tertulis, laporan, surat elektronik (e-mail), video conferencing, voice messaging, faksimil, papan buletin komputer, dan media lainnya yang dipergunakan dalam organisasi. Jika faktor-faktor tersebut dinilai menarik, tepat, efisien, dan dapat dipercaya, lazimnya para pegawai cenderung menyatakan kebanggaannya dalam bentuk kualitas output organisasi. 
                 2)    Aksesibilitas informasi
Aksesibilitas informasi berkaitan dengan seberapa jauh informasi tersedia bagi para anggota organisasi dari berbagai sumber dalam organisasi. Sumber-sumber informasi dalam organisasi yang dimaksud menurut Pace dan Faules (2002:556) seperti rekan sekerja, bawahan, pimpinan langsung atau tidak langsung, selentingan (grapevine) penyelia langsung, dan juga dari informasi tertulis. Katz dan Kahn (dalam Mitchell dan Larson, 1987:296) menyebutkan ada lima jenis informasi yang dapat diakses dari atasan oleh para bawahannya, yaitu: (a) Job Instruction. Directives stating what should be done and/or how to do it. (b) Job rationale. Information designed to produce an understanding of the task and its relationship to other organizational task. (c) Procedures and practices. Information about regulations, policies, and benefits. (d) Performance feed back. Information about how well an individual, group, or organizational unit is performing. (e) Indoctrinations of goals. Information of an ideological nature design to inculcate a sense of mission.
                3)    Penyebaran Informasi
Penyebaran informasi berkaitan dengan seberapa jauh informasi disebarkan keseluruh bagian dalam organisasi dan bagaimana pula menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Montana (da1am Purwanto, 2003:26) mengemukakan bagi organisasi yang berskala kecil yang hanya memiliki beberapa pegawai, maka penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada para pegawainya, tetapi bagi organisasi yang berskala besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan pegawai, maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan suatu pekerjaan yang cukup rumit yang pada pelaksanaannya akan membentuk suatu pola yang disebut pola komunikasi (patterns of communications). Pola komunikasi ini dapat dibedakan ke dalam saluran komunikasi formal (.formal communications channel) dan saluran komunikasi non formal (informal communications channel). Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan, maka pola transformasi informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal.
                4)    Beban Informasi
Menurut Pace dan Faules (2002:498) beban informasi berkaitan dengan seberapa jauh para anggota organisasi merasa bahwa mereka menerima informasi lebih banyak atau kurang daripada yang dapat mereka tangani atau yang mereka perlukan agar dapat berfungsi secara efektif.
               5)    Ketepatan Informasi
Menurut Pace dan Faules (2002:498) ketepatan informasi berkaitan dengan seberapa jauh (berapa bit) informasi yang diketahui anggota organisasi tentang suatu informasi tertentu dibandingkan dengan jumlah bit informasi sesungguhnya di dalam suatu informasi. Ketepatan informasi (information fidelity) dalam komunikasi organisasi berkaitan dengan kecermatan. Artinya, sejauhmana para anggota organisasi memahami jumlah informasi yang didistribusikan kepada mereka sesuai dengan jumlah informasi yang sesungguhnya ada dalam pesan tertentu.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Lesikar menguraikan adanya empat faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi organisasi yaitu meliputi :
1.    Saluran komunikasi formal. Merupakan cara komunikasi yang didukung, dan mungkin dikendalikan oleh manajer. Contohnya adalah newsletter, memo reguler, laporan, rapat staf, dan lain-lain.
2.    Struktur wewenang. Perbedaan status dan kekuasaan dalam organisasi membantu menentukan siapa yang akan berkomunikasi dengan enak kepada siapa. Selain itu, isi dan akurasi komunikasi juga dipengaruhi oleh perbedaan wewenang.
3.    Spesialisasi pekerjaan. Biasanya akan mempermudah komunikasi dalam kelompok yang berbeda-beda. Anggota suatu kelompok kerja biasanya memiliki jagron, pandangan mengenai waktu, sasaran, tugas dan gaya pribadi yang sama.
4.    Kepemilikan informasi, Setiap individu mempunyai informasi yang unik dan pengetahuan mengenai pekerjaan mereka, yang merupakan semacam kekuasaan bagi individu-individu yang memilikinya.
    2.4 Tipe-tipe Komunikasi
                 Pada dasarnya komunikasi di dalam organisasi, terbagi kepada tiga bentuk:
1.    Komunikasi vertikal
Bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan kepada pimpinan secara imbale balik.
Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk:
a. Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan.
b. Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.
c. Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksaan organisasi, insentif.
Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil kebijaksanaan, terhadap bawahannya.
Keberhasilan organisasi dilandasi oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal utama untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya.
Fungsi komunikasi ke atas digunakan untuk:
a. Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan, dan keluhan.
b. Memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah.
Bawahan tentulah berharap agar ide, saran, pendapat, tanggapan maupun kritikannya dapat diterima dengan lapang dada, dan hati terbuka oleh pimpinan.
2. Komunikasi horizontal
Bentuk komunikasi secara mendatar, diantara sesama karyawan dsbnya. Komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal.
Fungsi komunikasi horizontal/ke samping digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level yang sama. Komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, melalui media elektronik seperti telepon, atau melalui pesan tertulis.
3. Komunikasi diagonal
Bentuk komunikasi ini sering disebut juga komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak berada pada jalur struktur yang lain.
Fungsi komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain.

2.5 Proses Komunikasi

                        Komunikasi terjadi dalam hubungan antara pengirim dengan penerima. Komunikasi dapat mengalir dalam satu arah dan berakhir di sana. Atau sebuah pesan dapat menimbulkan respon (yang secara formal dikenal dengan sebutan “umpan balik”) dari penerima. Pengirim (sumber pesan) merupakan pihak yang mengawali komunikasi. Dalam sebuah organisasi, pengirim dapat berupa seseorang dengan informasi, kebutuhan, atau keinginan dan dengan tujuan mengkomunikasikannya kepada satu atau beberapa orang lain.
Penerima adalah orang yang inderanya menerima pesan dari pengirim. Mungkin terjadi jumlah penerima banyak, seperti kalau sebuah memo dikirimkan kepada seluruh anggota organisasi, atau hanya satu orang, seperti kalau seseorang mendiskusikan sesuatu secara rahasia kepada seorang rekan. Pesan harus disesuaikan dengan latar belakang penerima. Manajer produksi seyogyanya menghindari penggunaaan istilah yang sangat teknis dalam berkomunikasi dengan seseorang di departemen pemasaran.
Dari rangkaian pengertian tersebut, “bila pesan tidak sampai kepada penerima, maka komunikasi belum terjadi”. Di sisi lain, kerap terjadi situasi dimana pesan sudah sampai kepada penerima, tetapi penerima tidak mampu memahaminya. Tiga faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi meliputi penyandian, pengartian dan gangguan.

a.        Penyandian
Penyandian terjadi ketika pengirim menterjemahkan informasi untuk dikirimkan menjadi serangkaian simbol. Penyandian itu diperlukan karena informasi hanya dapat dikirimkan dari seseorang kepada orang lain lewat perwakilan atau simbol.
Karena komunikasi merupakan obyek dari penyandian, pengirim berusaha menetapkan arti “yang dapat dipahami bersama” dengan penerima dengan cara memilih simbol, biasanya dalam bentuk kata atau gerakan tubuh, yang dipercaya oleh pengirim mempunyai arti yang sama dengan penerimanya. Kerap dijumpai, kurangnya kerjasama adalah merupakan salah satu penyebab umum dari salah pengertian atau kegagalan dalam berkomunikasi.
b.      Pengartian
Merupakan proses yang dilakukan oleh penerima untuk menginterprestasikan pesan dan menterjemahkannya ke dalam informasi yang mempunyai arti. Ini merupakan proses dua langkah, yaitu (1) menerima pesan, dan kemudian (2) mengartikannya. Pengartian dipengaruhi oleh pengalaman penerima, penilaian pribadi mengenai simbol dan gerakan tubuh yang dipakai, harapan (orang cenderung mendengar apa yang ingin mereka dengar), dan kesamaan arti dengan pengirimnya. Secara umum, semakin banyak pengartian penerima yang sama dengan pesan yang dimaksud oleh pengirim, semakin efektif komunikasi.
c. Gangguan
Meliputi segenap faktor yang mengganggu, membingungkan, atau mencampuri komunikasi. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi, atau metode pengiriman. Gangguan dapat terjadi karena faktor internal (misalnya penerima kurang mengindahkan) ataupun faktor eksternal (misalnya pesan terganggu oleh suara lain dari lingkungan. Gangguan dapat terjadi pada tahap manapun dari proses komunikasi, terutama pada tahap penyandian dan pengartian.
Memperbaiki Proses Komunikasi
Efektifitas komunikasi dapat dideteksi melalui “sampai seberapa jauh pihak-pihak yang terlibat menangani empat aspek komunikasi” yang meliputi : perbedaan persepsi, emosi, ketidakkonsistenan antara komunikasi verbal dan non-verbal, dan kepercayaan (maupun ketidakpercayaan) awal antara pihak yang terlibat.

a. Perbedaan Persepsi
Merupakan salah satu hambatan komunikasi yang lazim dijumpai. Orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan dan pengalaman berbeda kerap menerima fenomena sama dari prespektif yang berbeda. Perbedaan bahasa sering berkaitan dengan perbedaan dalam persepsi individu. Agar suatu pesan dapat dikomunikasikan secara tepat, kata-kata yang dipergunakan harus mempunyai arti yang sama bagi pengirim maupun penerima. Untuk mengatasi hal tersebut, pesan harus dijelaskan sehingga dapat dipahami oleh penerima yang mempunyai pandangan dan pengalaman berbeda.
b. Emosi
Reaksi emosional (seperti marah, cinta, mempertahankan opini, cemburu, takut, malu, dan lain-lain) akan berpengaruh terhadap cara orang memahami pesan dari orang lain dan cara orang lain memahami pesan orang tersebut. Pendekatan terbaik untuk berhubungan dengan emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari proses komunikasi dan mencoba memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.
c. Ketidakkonsistenan
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa bahasa lisan dan tertulis merupakan medium utama komunikasi. Pada kenyataannya, pesan yang dikirimkan maupun diterima kerap dipengaruhi oleh faktor non-verbal seperti gerakan tubuh, pakaian, jarak fisik pelaku komunikasi, postur tubuh, gerakan anggota badan, ekspresi wajah, gerakan mata, sentuhan badan, dan lain-lain. Kunci untuk mengatasinya adalah dengan mewaspadainya dan berjaga-jaga agar tidak mengirimkan pesan palsu. Untuk itu pesan verbal haruslah selalu selaras dengan aspek non-verbalnya.
d. Ke(tidak)percayaan awal
Tingkat kepercayaan penerima pesan pada umumnya merupakan fungsi kredibilitas dari pengirim dalam benak penerima pesan tersebut. Kredibilitas pengirim pesan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dalam konteks yang bersangkutan mengirimkan pesan. Disinilah sejarah hubungan kerja mempunyai hubungan komunikasi. Kredibilitas merupakan hasil dari proses jangka panjang yang mana kejujuran seseorang, niat baik dan keadilan dikenal dan dipahami oleh orang lain. Hubungan yang baik dalam bekomunikasi hanya dapat dikembangkan melalui tindakan yang konsisten.

2.6 Hambatan yang Mungkin Muncul dalam Komunikasi Organisasi
                       Dalam proses organisasi tidaklah selalu mulus, tentunya akan banyak terjadi hambatan-hambatan pada perjalanananya. Hambatan yang sering muncul adalah hambatan komunikasi, karena komunikasi adalah kunci utama dalam kesuksesan organisasi mengingat banyaknya orang yang terlibat didalammnya. Hambatan tersebut tentunya bukan menjadi suatu pengganjal dalam organisasi karena semua hambatan pastinya dapat diselesaikan dengan baik dan tepat. Berikut ini adalah macam-macam hambatan dalam organisasi yaitu :
1.    Hambatan dari Proses Komunikasi yaitu hambatan yang timbul dari ketidak jelasan informasi yang akan disampaikan.
2.    Hambatan Fisik yaitu hambatan yang terjadi akibat ada gangguan cuaca, gangguan sinyal, dsb
3.    Hambatan Semantik yaitu hambatan yang terjadi akibat pemahaman yang sedikit mengenai bahasa dan istilah-istilah asing yang digunakan dalam informasi atau pesan
4.    Hambatan Psikologis yaitu hambatan yang berasal dari gangguan kondisi kejiwaaan dari si pengirim pesan atau penerima pesan sengingga mengakibatkan informasi tersebut mengalami perubahan
5.    Hambatan Manusiawi yaitu hambatan yang terjadi akibat tingkat emosi manusia yang tidak menentu dalam menyikapi informasi atau pesan
6.    Hambatan Organisasional yaitu tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan spesialisasi yaitu hambatan yang timbul akibat komunikasi dengan atasan atau bawahan mengalami kendala seperti tingkat pemahaman terhadap suatu informasi yang berbeda yang mengakibatkan sebuah hambatan.
7.    Hambatan-hambatan Antar Pribadi yaitu hambatan yang timbul antar pribadi didalam sebuah organisasi, biasanya hambatan ini muncul karena adanya salah paham antar pribadi yang menyangkut masalah tugas dan wewenang dari orang yang ada dalam organisasi
Dari berbagai hambatan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi itu tidak mudah dan memerlukan jalan yang sangat panjang untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam organisasi dan dalam aktivitas lainnya.Tetapi hambatan tersebut bukanlah menjadi satu-satunya penghambat dalam organisasi. Untuk memecahkan masalah hambatan tersebut diatas berikut ini diurakian cara mengatasi hambatan komunikasi :
1.    Memerikan umpan balik atau Feed Back yaitu memberikan kesempatan pada seseorang untuk menyampaikan informasi dan gagasannya sehingga tercipta komunikasi 2 (dua) arah
2.    Mengenai si penerima berita yaitu mengenali latar belakang , pendidikan serta kondisi penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan mudah dimengerti oleh si penerima pesan.
3.    Susunlah secara terperinci apa, dan kapan informasi tersebut harus disampaikan dan kepada siapa informasi tersebut akan disampaikan.

Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam komunikasi organisasi terdapat beberapa klasifikasi komunikasi diantaranya adalah sebagai berikut :
Komunikasi dilihat dari segi sifatnya
1.    Komunikasi Lisan yaitu menyampaikan informasi dan tanggapan secara langsung dengan berbicara
2.    Komunikasi Tertulis yaitu menyampaikan informasi dan tanggapan secara tertulis dengan menuliskan sebuah surat baik kepada penerima maupun pengirim pesan
Komunikasi dilihat dari segi arahnya
1.    Komunikasi ke atas yaitu komunikasi yang dilakukan dari bawahan ke atasan dalam sebuah organisasi
2.    Komunikasi ke bawah yaitu komunikasi yang dilakukan dari atasan ke bawahan dalam sebuah organisasi
3.    Komunikasi setingkat yaitu komunikasi yang dilalakukan setara atau sesama anggota organisasi
4.    Komunikasi searah yaitu komunikasi yang hanya dilakukan satu arah saja tanpa danya feed bak atau timbal balik, biasanya komunikasi ini bersifat perintah
5.    Komunikasi dua arah yaitu komunikasi yang dilakukan 2 arah dan mengakibatkan adanya feed back atau tumbal balik
Komunikasi menurut keresmiannya
1.    Komunikasi Formal yaitu komunikasi yang dilakukan secara resmi, contohnya adalah pada saat rapat
2.    Komunikasi Informal yaitu komunikasi yang dilakukan antar teman dan besifat biasa saja



BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu perilaku yang dilakukan di dalam organisasi untuk pertukaran informasi seperti pengiriman dan penerimaan pesan di antara orang-orang yang berada di dalam organisasi. Terdapat beberapa aspek-aspek dari Pace dan Faules (2002:553) mengatakan komunikasi organisasi meliputi aspek-aspek, yaitu: Pertama, Peristiwa komunikasi, berkaitan dengan seberapa jauh informasi diciptakan, ditampilkan, dan disebarkan ke seluruh bagian dalam organisasi. Dalam konteks komunikasi organisasi mengolah dan memproses informasi tersebut menurut Pace dan Faules (2002:553) ada lima faktor penting yang harus diperhatikan agar organisasi berjalan efektif. Ke lima faktor tersebut, yaitu (1) kualitas media informasi, (2) aksesibilitas informasi, (3) penyebaran informasi, (4) beban informasi, dan (5) ketepatan informasi. Komunikasi organisasi mempunyai faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah Saluran komunikasi formal, struktur wewenang, spesialisasi pekerjaan, kepemilikan informasi. 
                                               
                                                  DAFTAR PUSTAKA