1.
Sejarah
Aliran Humanistik
Abraham
Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini
merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari
alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri – ciri eksistensinya. Teori humanistik
berkembang sekitar tahun 1950-an. Humanistik adalah salah satu aliran dalam
ilmu psikologi sebagai reaksi terhadap aliran behaviaorisme dan psikoanalis.
Pada aliran humanistik ini memberikan perhatian mengenai aspek psikologi pada
manusia. psikologi humanistik memberikan
satu nilai baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
Humanistik ini memandang manusia bukan sebagai mesin, yang bilamana diberikan perlakuan sama maka akan
muncul perilaku yang sama, manusia dalam
pandangan humanistik bukanlah seperti itu, manusia mempunyai ciri khas
tersendiri, manusia mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya.
Para
ahli psikologi hmanistik mempunyai perhatian terhadap isu-isu penting tentang
eksistensi manusia, seperi; cinta, kreativitas, kesendirian, dan perkembangan
diri. Mereka tidak meyakini bahwa manusia dapat mempelajari sesuatu tentang
kondisi manusia melaluipenelitian terhadap binatang. Para ahli humanistik
memiliki pandanan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Mereka meyakini
bahwa:
1.
Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri.
2.
Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya,
dalam hal ini manusia bukan pion yang di atur sepenuhnya oleh lingkungan; dan
manusia
3.Manusia
adalah mahlukrasional dan sabar, tidak di kuasai oleh ketidak sadaran,
kebutuhan irasional, dan konflik.
2.
Sejarah Psikologi Perkembangan Humanistik
Psikologi
humanistik berkembang dari fenomenologi. Psikologi ini muncul sebagai reaksi
atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta di pandang sebagai “kekuatan
ketiga” dalam aliran psikologi. Psikoanalisis di anggap sebagai kekuatan
pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala freud
yang berusaha memahami kedalaman psikis
manusia yang di kombinasikan dengan kesadran fikiran untuk menghasilkan
kepribadian yang sehat. Kelompo psikoanalisis berkeyakinan bahwa perilaku
manusia di kendalikan dan di atur oleh kekuatan tidak sadar dalam diri.
Kekuatan
psikologi kedua adalah behaviorisme yang di pelopori oleh ivan pavlov dengan
hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondiskan. Kalangan behavioristik
meyakini bahwa semua prilaku d kendalian oleh faktor-faktor eksternal dari
dalam diri.
Dalam
mengembangkan teorinya, pskologi humanistik sangat memerhatikan dimensi manusia
dalam hubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitikberatkan
pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan
pilihannya, nilai-nilai, tangng jawab personal, otonomi, tujuan, dan pemaknaan.
James Bugental ( 1964 ) mengemukakan lima dalil utama dari psikologi
humanistik, yaitu:
1. Keberadaan
manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen.
2. Manusia
memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya.
3. Manusia
memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain.
4. Manusia
memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertangung jawab atas pilihan-pilihannya.
5. Manusia
memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai, kreativitas.
Beberapa
ahli psikologi telah memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
psikologi humanistik. Salah satuna adalah Snyggs dan Combs ( 1949). Dari
kelompok fenomenologi yang mengkaji persepsi. Abraham maslow (1950), yang
memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentan potensi-potensi yang di miliki
manusia, telah membantu memahami motivasi dan aktualisasi diri seseorang yang
merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Ahli lainnya,
Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan proses berfikirnya
sendiri kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Adapun Carl Rogers berjasa
besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk di aplikasikan dalam
pendidikan.
3. Tokoh-tokoh Psikologi Humanistik
1. Abraham Maslow
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa tingkah laku
individu pada mulanya di tentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya
sendiri dan dunia sekitarnya dan individu bukanlah satu-satunya hasil dari
lingkungan mereka seperti yang di katakan oleh ahli teori tingkah laku
melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, di motivasi oleh
keinginan unuk aktualisasi diri (self-actualization) atau memenuhi potensi
keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham
Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1.
Suatu usaha yang positif
untuk berkembang
2.
Kekuatan untuk melawan atau
menolak perkembangan itu
Maslow mengatakan bahwa individu berperilaku dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarki. Bila seseorang telah dapat
memenuhi kebutuhan pertama seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat
menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan
rasa aman dan seterusnya.
Maslow berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan
hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan dari pada penyakit dan
masalah. Teori yang terkenal dari Maslow yng merupakan salah satu tokoh
humanistik adalah teori tentang hirarki kebutuhan.
Maslow berpendapat bahwa ada hirarki kebutuhan manusia.
Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yatu tingkat untuk bisa survive atau
mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan kebutuhan yang
paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan
distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk
memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka
sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yan
lebih tinggi lagi, pretasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya
self-actualization.
2.
Viktor Frankl
Teori Viktor Frankl
ini muncul ketika dia sedang dalam camp nazi, yang merupakan tempat semua
orang-orang yahudi dihukum. Pada saat itu bangsa Jerman ingin memusnahkan
bangsa Yahudi. Banyak hal-hal yang didapatkannya dari camp tersebut,
namun pada intinya, teori Frankl ini menekankan pada pemaknaan hidup.
Pada saat dipenjara tersebut, Frankl mulai belajar
tentang kehidupan, dan dia tidak mau untuk terjebak dalam ketidakbebasannya
dalam pemenuhan perilakunya ketika di camp tersebut. Menurut Frankl pada diri
manusia itu terdapat suatu kebebasan dalam menentukan apa yang harus
dilakukannya, dan perilaku yang dilakukan oleh manusia saat ini bukanlah merupakan hasil
dari pengalaman masa lalunya. Lagi, menurutnya manusia memiliki kebutuhan
terhadap keinginan tentang makna dari sesuatu yang telah dilakukannya, pada
diri manusia pasti terdapat keinginan seperti hal tersebut dalam dirinya.
Makna
hidup, menurut Frankl akan menuntun individu untuk memiliki apa tujuan
hidupnya, serta memunculkan usaha untuk mencapai tujuan hidup tersebut. Dalam
setiap perilaku yang dilakukan oleh
individu pasti ada makna hidup yang terkandung didalamnya, namun tergantung
dari individu tersebut apakah dapat menemukannya atau tidak. Jika individu
dapat menemukannya, menurut Frankl akan terdapat kebahagiaan yang dimilikinya
(happiness).
Manusia dapat menemukan makna hidupnya melalui
transcendensi diri, ada beberapa sumber makna hidup yaitu nilai kreatif, nilai
pengalaman, dan nilai sikap. Frankl berpendapat bahwa eksistensi manusia
terdiri akan 3 hal, yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab.
3. Erich
Fromm
Teorinya ini sangat
dipengaruhi oleh Freud dan juga Karl Marx. Dia mencoba untuk menggabungkan dua
teori tersebut, yaitu tentang bagaimana manusia mencari kebebasan diri.
Teorinya ini juga berdasarkan pada individu yang terisolasi dari lingkungan
sekitar, hal ini tak lain juga karena pengaruh dari pengalaman hidupnya. Fromm
juga mengatakan tentang manusia sebagai binatang dan manusia sebagai manusia
semestinya, dalam arti manusia sebagai binatang adalah manusia memiliki
kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan makan, minum, seks,
dll. Manusia sebagai manusia tak lain memiliki pengertian bahwa manusia
memiliki kesadaran diri, pikiran yang dapat membuat manusia mengetahui
bagaimana cara berperilaku yang tepat.
Fromm juga mandasari
teorinya berdasarkan filsafat dualistik. Menurutnya eksistensi manusia ini
terjadi antara pertentangan dari satu hal terhadap hal lainnya. Dari
pertentangan tersebut Fromm menyebutnya sebagai dilema eksistensi dan
membaginya menjadi 4 dualisme eksistensi manusia yaitu, manusia sebagai
binatang dan manusia sebagai manusia, hidup dan mati, sempurna dan
ketidaksempurnaan, serta kesendirian dan kebersamaan. Dari 4 hal tersebut
merupakan konflik yang tak pernah terselesaikan pada diri manusia, dan manusia
itu sendiri harus berusaha untuk menjembatani antara dualisme tersebut.
Fromm tahu bahwa manusia
merupakan makhluk yang mandiri, dan kehidupannya dijalani dengan dirinya
sendiri, namun manusia juga tidak dapat terlepas dari kesendirian itu mengingat
manusia merupakan makhluk sosial. Meskipun manusia merupakan makhluk yang
mandiri dan sendiri manusia juga membutuhkan rasa keterikatan antara satu
individu dengan individu lainnya, selain itu manusia juga butuh akan kebebasan.
Fromm membagi kebutuhan
manusia menjadi dua hal yaitu kebutuhan akan kebebasan serta keterikatan dan
kebutuhan akan memahami serta berkreativitas. Kebutuhan kebebasan dan
keterikatan antara lain, relatedness, rootedness, transcendency, unity, dan
identity.Kebutuhan mmemahami dan kreativitas meliputi Frame of orientation,
Frame of devotion, Excitation –
stimulation, Effectivity. Fromm juga mengatakan tentang mekanisme
manusia dalam melarikan diri dari kebebasan yang ada pada dirinya. Kebebasan
menurut Fromm dapat menimbulkan keterasingan terhadap individu yang
bersangkutan, karena dengan kebebasan tersebut manusia akan merasakan
ketidakberdayaannya akan kebebasan itu sendiri.
Pada intinya semua
tokoh yang ada pada aliran humanistik ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang meng-aktualisasi-kan
dirinya dengan potensi yang telah ada serta tertanam pada individu tersebut.
4.
Terapi-terapi
Humanistik
a. Client
Center Therapy
Pendekatan konseling client
centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi
dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal
yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori
kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat
pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan
perwujudan diri.Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy)
merupakan salah satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama
bagi terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik
pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian
yang spesific. Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap
menjadi kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha
menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client
centered, beberapa asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta
proses terapi client centered.
- Terapi Client Centered
dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis;
- Pada hakikatnya pendekatan Client
Centered merupakan cabang khusus dari terapi Humanistik yang menggaris
bawahi tindakan mengalami klien berikut duni subjektif dan fenomenalnya;
b. Eksistensial
Terapi eksistensial
humanistik adalahterapi yang
sesuai dalam memberikan
bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan
eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam
dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.
Menurut kartini
kartono dalam kamus
psikologinya mengatakan bahwa
terapi eksistensial humanistik
adalah salah satu
psikoterapi yang menekankan
pengalaman subyektif individual
kemauan bebas, serta
kemampuan yang ada
untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
Terapi eksistensial tidak
terikat pada salah seorang pelopor,
akan tetapi eksistensial memiliki
banyak pengembang, tetapi
yang populer adalah
Victor Frankl, Rollo
May, irvin Yalom,
James Bugental, dan
Medard Boss.
Eksistensialisme
bersama-sama dengan psikologi
humanistik, muncul untuk
merespon dehumanisasi yang
timbul sebagai efek
samping dari perkembangan industri
dan urbanisasi masyarakat. Pada
waktu itu banyak
orang membutuhkan kekuatan
untuk mengembalikan sense of
humannesdisamping untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan
dengan kebermaknaan hidup, khususnya yang berkaitan dengan upaya menghadapi
kehancuran, isolasi, dan kematian.
Tujuan mendasar
eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai, makna,
dan tujuan dalam
hidup manusia sendiri.
Juga diarahkan untuk
membantu klien agar
menjadi lebih sadar
bahwa mereka memiliki
kebebasan untuk memilih dan bertindak, dan kemudian membantu
mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya dapat
mengaktualisasikan diri dan
mencapai kehidupan yang bermakna.
c. Logotherapy
Pandangan Frankl tentang kesehatan
psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan
kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa
manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah
menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai
makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna
dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi.
Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan
akan makna, dan makna hidup. Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos”
yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal
dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan
dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik
untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui
penemuan makna hidup.
Tujuan logoterapi menyangkut beberapa
hal. Terapis pertama-tama harus memperlebar dan meperluas medan visual dari
pasien sehingga seluruh spectrum makna dan nilai-nilai disadari dan kelihatan
olehnya. Dengan demikian, usaha pasien untuk berpusat pada dirinya sendiri
dipecahkan karena ia dikonfrontasikan dengan dan diarahkan kepada makna
hidupnya. Pemenuhan diri sendiri hanya bisa tercapai sejauh manusia telah
memenuhi makna konkret dari eberadaan pribadinya Terdapat 4 langkah dalam
proses logoterapi antara lain :
1. Menghadapi situasi itu
2. Kesadaran akan simtom
3. Mencari penyebab
4. Menemukan hubungan antara penybab dan
simtom
d. Gestalt
Pendekatan
konseling Gestalt berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu
aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan
penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan
sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia
aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya
Setiap
individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju
terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut
pendekatan konseling ini adalah : (1) tidak dapat dipahami, kecuali dalam
keseluruhan konteksnya, (2) merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu, (3) aktor bukan reaktor, (4)
berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan
pemikirannya, (5) dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab, (6) mampu
mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Dalam
hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan Konseling Gestalt
memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi
dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan
manusia adalah masa sekarang. Dalam pendekatan Konseling Gestalt ini, kecemasan
dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika
individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa
depan, maka mereka mengalami kecemasan.
Dalam pendekatan
gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished
business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan
seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa
berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu
diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak
terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar
belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat
hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak
selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan
yang tak terungkapkan itu.
Tujuan utama konseling Gestalt
adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun
kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah
dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi
percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan
hidupnya. Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya
secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang
dimilikinya. Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru
dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Secara lebih spesifik tujuan
konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
- Membantu
klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
- Membantu
klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
- Mengentaskan
klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri (to be true to himself)
- Meningkatkan
kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul
dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
5.
Kelebihan
dan kekurangan Teori Humanistik
A.
Kelebihan Teori Humanistik
1.Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis,
partisipatif-dialogis dan humanis.
2.
Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat,
kebebasan mengungkapkan gagasan.
3. Keterlibatan
peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
B.
Kekurangan Teori Humanistik
1. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
2. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang l /mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3. Psikologi humanistik mengalami
pembiasan terhadap nilai individualistis
6.
Contoh
Kasus
Sepasang suami istri menginjak
usia tahun ke-10 dalam rumah tangga. Sang istri dan suami (sebut ibu B dan
bapak G) sedang mengalami konflik dan sempat terucap kata cerai dari bapak G.
Masalah yang terjadi dalam keluarga ini dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi.
Pertengkaran ini bermula dari keinginan sang istri yang ditolak suami karena
perbedaan pendapat. Masalah tersebut kian rumit karena adda campur tangan dari
orang tua sang istri, dimana ibu mertua tidak menyukai menantunya karena
anaknya menikah karena insiden(married by accident).Akhirnya ada usaha bapak G
untuk kembali rujuk dengan istrinya pun berhasil. Kasus ini kelihatannya
selesai dengan damai, namun masalah yang sebenarnya adalah ketidakharmonisan
antara menantu dan mertua yang hidup dalam satu atap. Setelah ditelusuri, kasus
ini tidak hanya anatar suami dan istri melainkan dengan mertuanya hal ini
disebabkan karena mereka masih tinggal dalam satu atap. Ada keinginan suami
untuk tinggal berpisah dengan mertuanya, namun karena sang istri adalah anak
kesayangan ibu mertua, rencana itupun selalu gagal.
Penyelesaian
Pada kasus tersebut dapat memakai teknik konseling
humanistik dengan terapi client center therapy (CCT) . Pendekatan client
centered ini menaruh
kepercayaan yang besar
pada kesanggupan klien
untuk mengikuti jalan
terapi dan menemukan
arahnya sendiri. Menurut
Rogers yang dikutip
oleh Gerald Corey
menyebutkan bahwa:’ terapi
client centered merupakan
tekhnik konseling dimana
yang paling berperan
adalah klien sendiri,
klien dibiarkan untuk
menemukan solusi mereka
sendiri terhadap masalah
yang tengah mereka hadapi. Hal
ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner
dan konselor hanya sebagai pendorong
dan pencipta situasi
yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.
G
sebenarnya sadar bahwa dia ingin keluar dari rumah mertuanya dengan kata lain
ingin mengontrak dengan istri dan anaknya karena dia menganggap bahwa dengan
hidup pisah dari orangtua istrinya kehidupan mereka akan jauh lebih baik
setidaknya jika ada masalah dalam rumah tangga mereka tidak akan ada lagi yang
ikut campur dan membuat permasalahan mereka semakin panjang. Dalam sisi lain G
juga memikirkan perasaan ibu dari istrinya yang tidak bisa jauh dari puteri
kesayangannya, tetapi setelah dia berfikir ulang demi kehidupan rumah tangga
mereka agar terjalin harmonis G memutuskan untuk pindah rumah saja dari rumah
mertuanya karena dia percaya itu adalah keputusan yang terbaik untuk keluarga
kecilnya.